Jumat, 30 April 2010

PERAYAAN HARI VALENTINE

PERAYAAN HARI VALENTINE

Tasyabuh (menyerupai) orang kafir adalah fenomena yang telah merebak luas di kalangan masyarakat Islam. Salah satu bentuk tasyabuh yang cukup banyak terjadi adalah tasyabuh orang kafir dalam perayaan hari-hari besar mereka, yang salah satu di antaranya adalah apa yang dikenal dengan istilah hari valentin. Dalam makalah ini penulis menjelaskan latar belakang perayaan valentine dan hukum merayakannya disertai dengan nukilan dari fatwa Syekh Muhammad As-ShalehUtsaimin yang terkait dengan hal tersebut.
Pada suatu pagi Nura (nama seorang remaja putri) tiba-tiba datang kepada teman-temanya dengan membawa bunga mawar merah di dadanya yang disambut mereka dengan senyuman yang diiringi pertanyaan: “Dalam rangka apa kamu membawa bunga ini?”
Nura menjawab: Tidakkah kamu tahu bahwa hari ini adalah hari kasih sayang, semua orang sedang merayakanya dan saling memberi ucapan selamat, ini adalah perayaan terhadap kasih sayang, romantisme, kejujuran, ini adalah hari valentine…..dia terus berbicara dengan bangga menceritakan apa yang ia saksikan di saluran televisi, akan tetapi Amel – yang ikut mendengar cerita dengan seksama- bertanya kepada Nura dengan penuh rasa heran: Apa artinya valentine?
Dia menjawab: Artinya “cinta” dalam bahasa Latin..
Amel si gadis berpendidikan itu tertawa mendengar jawaban Nura, lalu berkata: Kamu merayakan sesuatu yang kamu sendiri tidak tahu maknanya? Sesungguhnya Valentine itu adalah seorang pendeta Nasrani yang hidup di abad ketiga Masehi. Amel terus bercerita tentang semua hal terkait dengan pendeta tersebut dan menjelaskan bahwa hari raya Valentine adalah semata-mata hari raya agama Nasrani yang bertujuan untuk mengenang salah seorang tokohnya.
Amel sangat menyesalkan perilaku sebagian remaja putri yang menelan begitu saja segala informasi yang diberitakan kepada mereka tanpa memikirkan secara jernih apa yang sebenarnya.








Latar Belakang Perayaan Valentine
Amel mengatakan kepada teman-temannya bahwa dalam Ensiklopedi Katolik menyebutkan tiga riwayat seputar Valentine, tetapi yang paling terkenal adalah apa yang disebutkan sebagian kitab yang menyatakan bahwa pendeta Valentine dulu hidup di abad ke tiga Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Roma Kalaudis II.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, kaisar ini mengeksekusi mati pendeta tersebut karena ia menentang terhadap beberapa perintah kaisar. Apa gerangan perintah yang ditentang oleh pendeta tersebut? Amel mengatakan bahwa kaisar mengamati pendeta tersebut telah berdakwah kepada agama Nasrani, lalu ia memerintahkan agar pendeta tersebut ditahan dan dieksekusi.
Riwayat lain menambahkan bahwa kaisar memandang bahwasanya para bujangan lebih bisa sabar dalam medan perang dari pada mereka yang berkeluarga. Para suami selalu berusaha menolak untuk pergi berperang. Oleh karena itu, kaisar mengeluarkan perintah yang melarang perkawinan, akan tetapi pendeta Valentine menentang perintah itu dan tetap menyelenggarakan akad nikah di gerejanya secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya terungkaplah perkaranya lalu kaisar memerintahkan penangkapan terhadap pendeta itu dan memenjarakanya.
Di dalam penjara pendeta berkenalan dengan seorang gadis, putri salah seorang sipir penjaga penjara. Gadis itu mengidap satu penyakit, lalu bapaknya meminta kepada pendeta agar menyembuhkanya. Setelah iobati, tak lama kemudian gadis itu sembuh –sebagaimana yang diceritakan dalam riwayat itu- dan pendeta itu jatuh cinta kepadanya. Dan sebelum dieksekusi, pendeta mengirim kepada gadis itu sebuah kartu yang di atasnya tertulis: “Dari yang tulus Valentine.“ Sebelum kejadian itu gadis tersebut telah masuk agama Nasrani bersama 46 orang kerabatnya.
Riwayat ketiga menyebutkan bahwa ketika agama Nasrani tersebar di Eropa, ada satu bentuk ritual keagamaan di salah satu kampung yang menarik perhatian para pendeta, yang mana para pemuda desa berkumpul di pertengahan bulan Februari dalam setiap tahunnya. Mereka mencatat seluruh nama gadis desa lalu memasukannya ke dalam sebuah kotak. Setiap pemuda diberi kesempatan untuk mencabut satu nama, dan nama gadis yang keluar itulah yang akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun itu. Mereka pada saat itu ia langsung mengirim kepada sang gadis sebuah kartu yang tertulis di atasnya: “Dengan menyebut nama Tuhan Ibu aku kirim kepadamu kartu ini“. Hubungan cinta ini berlanjut hingga melewati satu tahun itu baru kemudian dirubah.
Para pendeta memandang bahwa ritual tersebut dapat mengokohkan akidah orang-orang Roma, dan mereka menyadari bahwa ritual ini sangat sulit untuk dihapus, karena itu mereka menetapkan untuk merubah kalimat yang diucapkan para pemuda itu dari “Dengan menyebut nama Tuhan Ibu“ menjadi: “Dengan menyebut pendeta Valentine,“ sebab ia adalah simbol Nasrani, dan dengan cara itu mereka dapat mengaitkan para pemuda ini dengan agama Nasrani.
Riwayat lain menceritakan: bahwa Valentine ditanya tentang Tuhan Roma Athard, dia adalah Tuhan yang mengurusi perniagaan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter yang merupakan Tuhan Roma terbesar, maka Valentine menjawab; Tuhan-Tuhan ini adalah rekayasa manusia, Tuhan yang sebenarnya adalah Isa Al-Masih.
Amel berkata: “Maha Tinggi Allah dari semua yang dikatakan orang-orang yang bodoh itu.”
Amel melanjutkan: Salah seorang pendeta mengatakan bahwa sungguh bapak-bapak dan ibu-ibu kita heran menyaksikan perkembangan terakhir bentuk perayaan agama ini, yang sebagian kartu ucapan selamat hari valentine memuat gambar anak kecil yang bersayap dua mengelilingi hati yang dibidik dengan anak panah.
Amel bertanya kepada teman-temanya: “Tahukah kalian apa yang dimaksud oleh symbol tersebut?”
Amel juga mengatakan bahwa ada salah satu website perayaan valentine yang sekelilingnya dihiasai gambar hati yang di tengahnya ada salib!!!

Hukum Merayakan Hari Valentine
Majida menambahkan apa yang dikatakan Amel dengan apa yang telah ia baca terkait hukum merayakan hari raya orang Yahudi dan Nasrani seraya mengatakan bahwa dalam masyarakat yang dikuasai keyakinan akan cinta sejati dan mengharap kebaikan melalui ikatan keluarga mulai bermunculan tradisi-tradisi yang aneh pada sebagian kecil gadis-gadis beriman. Hal itu dampak dari siaran-siaran televisi, khususnya pada sebagian orang yang mengidap penyakit taklid (suka meniru) terutama di negara-negara industri maju, maka di situlah demam meniru begitu cepat menyebar khususnya pada wanita-wanita yang kurang pendidikan. Hal semacam itu juga tak lain adalah tanda kemunduran dan kekalahan, maka seyogyanya bagi setiap cendekiawan muslimah yang berpendidikan agar waspada terhadap penyakit taklid ini, dan jangan sampai tergoda untuk ikut meniru.
Abu Waqid r.a. menceritakan bahwa tatkalah Rasulullah saw pergi ke Khaibar bertemu dengan sebuah pohon milik orang-orang musyrikin yang dinamakan ”dzatu anwaath.” Mereka biasanya menggantungkan senjata padanya, lalu para sahabat berkata: Ya Rsaulullah, buatkanlah untuk kami dzatu anwaath seperti yang mereka punya, maka Nabi SAW bersabda:
“Maha suci Allah, ini sama dengan yang pernah dikatakan oleh kaum Musa a.s.: buatkanlah untuk kami Tuhan sebagaimana Tuhan mereka, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sungguh kalian ini mengikuti langkah-langkah orang-orang sebelum kalian.“ (HR. Tirmizi, hadits hasan).
Karakter suka meniru dan taklid meskipun kenyataanya ada dalam jiwa, namun ia tercela dalam agama jika pelakunya menyimpang dalam keyakinan dan pemikiranya, khususnya apabila terjadi dalam masalah aqidah atau ibadah atau syi’ar agama ataupun adat. Dan tatkalah kaum muslimin di zaman ini lemah maka semakin bertambahlah kwalitas meniru mereka kepada musuh-musuh Islam, dan fenomena-fenomena yang asing bertebaran di mana-mana baik dalam bentuk barang konsumtif ataupun prilaku dan akhlak. Di antara fenomena itu adalah bentuk perhatian mereka yang besar terhadap hari raya valentine yang notabenya bertujuan untuk mengenang pendeta Valentine sebagaimana yang dikisahkan oleh Amel. Jika mereka memperingati itu dengan sebuah keyakianan dan niat mengenang Valentine maka tidak diragukan lagi itu adalah perbuatan kufur, adapun jika tidak bermaksud itu maka ia telah berbuat kemungkaran yang besar.
Ibnu Qayyim mengatakan: “Memberi ucapan selamat terhadap syi’ar-syiar agama kafir adalah haram hukumnya (semua sepakat), seperti memberi selamat atas hari raya mereka atau puasa mereka dengan mengatakan: I’dun mubarak alaika (semoga hari rayamu membawa berkah bagimu), atau berbahagialah dengan hari rayamu, dan yang sejenisnya. Ini semua meski orang yang mengucapkanya tidak dihukumi kafir, namun itu adalah termasuk perbuatan yang diharamkan dan sama saja dengan memberi selamat atas sujud mereka kepada salib. Bahkan hal itu lebih terkutuk dan lebih besar dosanya dibanding memberi selamat terhadap perilaku minum khamr dan membunuh jiwa...Banyak orang yang tidak memiliki perhatian serta sensitifitas agama terjerumus ke dalam perilaku tersebut tanpa menyadari keburukanya, sebagaimana orang yang menyambut seorang hamba atas kemaksiatanya atau perbuatan bid’ahnya atau kekufuranya, maka orang semacam itu diancam mendapat murka dan kutukan-Nya “.
Amel kembali bertanya: „Apa kaitan hal ini dengan masalah wala‘ dan bara‘ wahai Majidah?“
Majidah menjawab: Di antara prinsip-prinsip aqidah salafushalih adalah wala‘ dan bara‘, karena itu wajib atas setiap yang berikrar bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya untuk merealisasikan prinsip ini. Wajib baginya untuk mencintai orang-orang beriman dan membenci orang-orang kafir, termasuk di dalamnya memusuhi dan menyelisihi mereka, dan ia harus meyakini bahwa dalam hal itu terdapat kemaslahatan yang tidak terhitung, sebagaimana dalam tasyabuh (menyerupai) mereka tedapat kerusakan yang jauh lebih besar.
Ditambah lagi bahwa menyerupai orang-orang kafir dapat akan memberikan rasa gembira dan kepuasan pada mereka, sebagaimana hal itu juga berarti mencintai mereka dan memberikan loyalitas perasaan terhadap mereka, karena orang yang merayakan hari raya ini dan melihat ada Margaret atau Hilary juga merayakan momen yang sama, pasti akan memberikan kegembiraan dan kepuasan tersendiri, dan Allah SWT berfirman:
" يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا اليهود والنصارى أولياء بعضهم أولياء بعض ومن يتولهم منكم فإنه منهم إن الله لا يهدي القوم الظالمين "
“Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu), mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya mereka termasuk golongan mereka. Sungguh allah tidak memberi petunjuk kepada oranorang dzalim. “ ( QS. Al-Maidah: 51).
Dan Allah SWT berfirman:
" لا تجد قوما يؤمن بالله واليوم الآخر يوادون من حادالله ورسوله "
“Engkau (Muhamad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan menentang Allah da Rasul-Nya.“ (QS. Al-Mujadilah: 22).
Allah SWT berfirman:
" ولا تأخذكم بهما رأفة في دين الله إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر "
“Dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.“ (QS. An-Nur: 2).
Di antara keburukan tasyabuh (menyerupai) orang-orang kafir adalah bahwa menyerupai mereka berarti ikut menyebarkan syi’ar-syi’ar agama mereka dan menjadikanya dominan. Dengan demikian sunnah menjadi samar dan bercanpur dengan yang lain, dan tidaklah suatu bid’ah dihidupkan kecuali pasti sunnah dimatikan. Dan di antara dampak tasyabuh adalah memperbanyak jumlah mereka serta menolong dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim senantiasa membaca dalam setiap rakaat shalat:
" اهدنا الصراط المستقيم, صراط الذين أتعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين "
“ Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat“. (QS. Al-Fatihah: 7).
Bagaimana ia meminta Allah SWT agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang beriman dan dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai dan sesat, sementara ia sendiri yang memilih jalan orang-orang yang dimurkai dan sesat dengan penuh kesadaran.. Saudariku tercinta mungkin mengatakan: ia tidak ikut serta dalam keyakinan mereka, tetapi ia hanya ingin menebar ungkapan cinta dan rasa gembira di tengah sahabat-sahabatnya. Tentu saja ini adalah pandangan yang dangkal dan sebuah kelalaian, padahal Amel telah berbicara menjelaskan prinsip dan asal-usul hari raya ini. Bagaimana kemudian ia menjadi sebuah momen khusus untuk saling tukar-menukar bunga bahkan bagi kaum homo dan lesbian di Barat sebagai ajang melepaskan kebutuhan seks. Bagaimana mungkin seorang muslimah yang suci dan terhormat mensejajarkan diri dengan orang-orang kotor dan rendahan itu?
Merayakan hari valentine bukanlah sesuatu yang biasa, bukan pula perkara mainan, ia adalah satu bentuk nilai/tatanan yang diimpor dari Barat terkait hubungan antara laki-laki dan wanita. Sudah menjadi maklum bahwa mereka tidak mengakui batasan-batasan yang melindungi masyarakat dari dampak kerusakan moral seperti yang dibuktikan oleh fakta sosial mereka yang hancur dewasa ini. Dan Alhamdulillah, kita punya banyak alternatif yang menjadikan kita tidak lagi butuh untuk meniru dan bertaklid kepada mereka. Kita punya ibu misalnya, yang memiliki kedudukan tinggi yang kapan saja kita bisa mempersembahkan hadiah untuknya. Begitu juga bapak, saudara laki-laki dan saudara perempuan serta suami atau istri, tetapi pemberian hadiah tersebut bukan bersamaan dengan perayaan orang-orang kafir tersebut.
Sesungguhnya hadiah yang mengungkapkan rasa cinta adalah sesuatu yang baik, namun jika harus dikaitkan dengan perayaan-perayaan agama Nasrani dan tradisi-tradisi Barat akan menyeret pelakunya menjadi terkontaminasi dan mengikuti budaya dan cara hidup mereka..
Di akhir pembicaraan, Majidah mengatakan bahwa kalangan pedagang senang dengan kehadiran momen ini, karena dapat menghidupkan pasar bunga dan penjualan kartu ucapan selamat hari valentine. Jika tasyabuh dengan orang-orang kafir dalam hari raya mereka tidak boleh, maka begitu pula halnya berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan bentuk apapun.
Nura berkata seraya membuang bunga mawarnya: sungguh aku sangat membutuhkan persahabatan seperti ini, persahabatan yang dapat membimbingku kepada kebenaran dan mencintaiku karena Allah SWT. Aku memohon kepada Allah SWT agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang Dia katakan: „Cinta dan kasih sayangku wajib aku berikan untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling memberi karena-Ku.“
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus yang mendekatkan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Dan semoga Allah SWT memelihara dan menjaga kepribadian islam kita yang agung dan memperbaiki kondisi kaum muslimin.





Fatwa Syekh Muhammad As-Shalih bin Utsaimin pada 5/11/1420 H.
Pertanyaan: Dewasa ini perayaan hari Valentine telah menjadi trend, khususnya di kalangan para siswi dan mahasiswi, padahal itu adalah hari raya Nasrani. Seragam yang mereka pakai baju hitam dan sepatu hitam, mereka saling bertukar bunga merah…Kami mohon Syekh menjelaskan tentang hukum perayaan seperti ini, dan apa nasehat Syekh untuk kaum muslimin dalam perkara ini…!
Jawab: Merayakan hari valentine tidak boleh, oleh karena itu hukumnya haram dengan beberapa alasan:
1- Bahwa itu adalah hari raya bid’ah, tidak memiliki dasar dalam syari’ah Islam.
2- Hari raya seperti itu hanya akan menyibukkan hati dan perasaan dengan hal-hal yang tidak ada gunanya dan bertentangan dengan petunjuk salafushalih -semoga Allah meridhai mereka-, maka tidak boleh terjadi pada hari itu satu bentuk syi’ar hari raya apapun baik dalam makanan, minuman, maupun pakaian, atau saling tukar-menukar hadiah atau yang lainnya. Wajib atas setiap muslim untuk bangga dengan agamanya dan tidak boleh mengekor serta mengikuti setiap seruan. Aku memohon kepada Allah SWT agar melindungi kaum muslimin dari setiap fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan membimbing kita dengan bimbingan serta taufik-Nya.

Hikmah Di Balik Musibah

Hikmah Di Balik Musibah

Musibah. Pada dasarnya merupakan sesuatu yang begitu akrab dengan kehidupan kita. Adakah orang yang tidak pernah mendapatkan musibah? Tentu tak ada. Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. la adalah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. la bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja. Namun ia juga menimpa orang-orang mukmin dan orang-orang yang bertakwa. Bahkan, semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Karena Dia akan menguji keimanan dan ketabahan hamba yang dicintai-Nya.

Sebagai contoh, bangsa kita tercinta sekarang ini sedang dirundung dan didera dengan berbagai musibah, mulai dari gelombang tsunami, lumpur lapindo, flu burung, busung lapar, gizi buruk, harga melonjak ditambah lagi permasalahan nasional yang tak kunjung teratasi, akan tetapi sayangnya sedikit yang bisa mengambil hikmah dari musibah yang sedang kita derita. Ujian yang semestinya mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan temyata sering membawa kepada murka Allah. Tak lain karena orang yang terkena musibah tak mampu bersikap benar saat menghadapinya.
Sesungguhnya di balik musibah itu terdapat hikmah dan pelajaran yang banyak bagi mereka yang bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah yang telah mentakdirkan itu semua untuk hamba-Nya, diantara hikmah yang bisa kita petik antara lain adalah:

1. Musibah akan mendidik jiwa dan menyucikannya dari dosa dan kemaksiatan.

Allah Ta'ala berfirman:
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ( الشورى: 30)
artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain beliau bersabda:“Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.”
Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”

2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.

Itu merupakan balasan dari musibah yang diderita oleh seorang hamba sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan).

3. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.

Sebagaimana dituturkan, bahwa seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya.

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

4. Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.

Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala’ itu.”
Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman,
وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ (فصلت:51 )
artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”

Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub 'Alaihis Salam yang berdoa, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. Al Anbiyaa :83)

5. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan.

6. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?

7. Memperkuat harapan (raja’) kepada Allah.

Harapan atau raja’ merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi orang yang terkena musibah besar, maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk keluar dari bencana ini kecuali hanya kepada-Mu.” Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. Dan ibadah raja’ ini tak akan bisa terwujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritis.

8. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah n bersabda, ”Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

9. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.

Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sem-purna. Hal ini dikarenakan seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjut selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintah-kan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hamba-Ku siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.” (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya)


10. Dengan adanya musibah seseorang akan mengetahui betapa besarnya nikmat keselamatan dan 'afiyah

Jika seseorang selalu dalam keadaan senang dan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba terkena musibah, diharapkan agar ia bisa betapa mahalnya nikmat yang selama ini ia terima dari Allah.

Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang terkena musibah sesungguhnya masih ada orang yang lebih susah darinya, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat musibah yang sedang diterimanya dengan keridhaan dan kesabaran serta berserah diri kepada Allah Dzat yang telah mentakdirkan musibah itu untuknya sebagai ujian atas keimanan dan kesabarannya.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menukil ucapan ‘Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu: “Tidaklah turun musibah kecuali dengan sebab dosa dan tidaklah musibah diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali dengan bertobat.” (Al-Jawabul Kafi hal. 118)

Kiat-Kiat Menghindari Bencana

Kiat-Kiat Menghindari Bencana

1. Yakin dan Husnuzhan (berbaik sangka) dengan Allah Azza wa Jalla. Jangan sampai mengatakan " saya akan mencoba (berobat) dengan firman Allah, tetapi hendaklah kita Yakin bahwa dalam Al-Qu'ran itu ada kesembuhan, dan merupakan obat yang paling penting dalam mencari kesembuhan.

2. Mengagungkan Allah ( Sang Pencipta ) dan Kembali kepada-Nya, selalu menggantungkan harapan, tobat dan do'a kepada-Nya. Dia sendirilah yang Maha Penyembuh. Dan perlu diingat bahwa meruqyah diri sendiri jika mampu ketika ada musibah lebih baik dari pada diruqyah oleh orang lain.

3. Allah akan menjaga hamba-Nya apabila dia melaksanakan segala perintah-Nya, seperti menjaga shalat lima waktu secara berjama'ah di masjid. Nabi - Shalallahu 'Alaihi Wasallam – bersabda :
من صلّى الصبح فهو في ذمة الله , فلا يطلبنكم الله من ذمته بشيء .
" Siapa saja yang shalat subuh maka dia berada dalam tanggungan (penjagaan) Allah, maka janganlah sampai Allah mengambil kembali penjagaan-Nya itu dari kamu". ( HR. Muslim )
Dan juga dengan menjauhi larangan-larangan-Nya, seperti tidak melihat yang diharamkan, menjauhkan mata dari melihat tayangan yang tidak senonoh yang lebih banyak memberi mudharat bagi keluarga dan menyebabkan kesengsaraan, menjauhkan diri dari nyanyian, tidak menghadiri pesta-pesta yang berisi kemunkaran, maka kamu pasti akan mendapatkan perlindungan Allah yang telah disampaikan oleh Nabimu - Shalallahu 'Alaihi Wasallam – dengan sabdanya :
" احفظ الله يحفظك "
" Jagalah Allah pasti Dia akan menjagamu". ( HR. Ahmad dan Tirmizi )

4. Memperbanyak Wirid dan Zikir yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah yang shahihah. Zikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan seperti zikir setelah shalat, wirid harian dari Al-Qur'an, Zikir pagi dan petang, zikir ketika akan tidur dan ketika bangun.

5. Selalu mengerjakan amal shaleh yang akan memperkuat iman. Nabi - Shalallahu 'Alaihi Wasallam – pernah ditanya :
أي الأعمال أحب إلى الله ؟ قال : " أدومها وإن قل "
" Amalan apakah yang paling dicintai Allah ? Beliau menjawab : Amalan yang dikerjakan terus menerus (continiu) meskipun sedikit ” . ( HR. Bukhari ).
Diantara amalan-amalan tersebut adalah :
a. Selalu membaca dan menghafal Al-Qur'an sesuai dengan kemampuan, mentadabburi ayat-ayatnya, berdiam diri di mesjid dan selalu zikir kepada Allah dalam setiap kesempatan.
b. Senantiasa melakukan ibadah-ibadah sunnah seperti shalat sunat rawatib, Qiyamullail, shalat Dhuha dan juga witir.
c. Berbakti kepada kedua orang tua dan menjaga silaturrahmi meskipun sudah diputuskan oleh orang lain.
d. Melaksanakan puasa Sunnah, seperti puasa hari senin dan kamis, puasa Biidh ( puasa pada bulan purnama, yaitu tanggal 13,14,15 setiap bulan Hijriyah ), puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah, puasa 'Asyura dan puasa enam hari di bulan syawal.
e. Memanfaatkan waktu dengan pekerjaan-pekerjaan yang bermanfaat, seperti belajar ilmu-ilmu agama, amar ma'ruf nahi munkar dan sebagainya.
f. Memilih teman-teman yang shaleh yang dapat membantu kita melaksanakan kebaikan.
g. Berbuat baik kepada orang lain dan memberikan sedekah. Nabi - Shalallahu 'Alaihi Wasallam – bersabda :
( من نفّس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفّس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة, ومن يسّر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة, ومن ستر مسلما ستره الله في الدنيا والآخرة , والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه... )
" Siapa saja yang (membantu) menghilangkan kesusahan dari seorang mukmin di dunia pasti Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat, dan siapa saja yang meringankan beban orang yang mendapat kesulitan maka pasti Allah akan meringankan baginya urusan dunia dan akhirat, dan siapa saja yang menutupi a'ib seorang muslim maka pasti Allah akan menutupi a'ibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu membantu hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya ". (HR. Muslim)
عن أبي أمامة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : داووا مرضاكم بالصدقة .
" Dari Abu Umamah - Radiyallahu 'Anhu – dia berkata : Rasulullah - Shalallahu 'Alaihi wa Aalihi Wasallam – bersabda : Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah" . ( Shahih Al-Jami' : 2358 ).

Larangan Berlaku Boros

Larangan Berlaku Boros


Al-Ragib berkata, “Isrof adalah melampui batas dalam segala perbuatan yang kerjakan oleh manusia sekalipun hal tersebut lebih mashur, yang berhubungan dengan pengeluaran dalam pembelajaan harta.
Sofyan bin Uyainah berkata, “Harta yang aku belanjakan bukan dalam ketaatan kepada Allah maka dia termasuk boros sekalipun hal tersebut sedikit. Allah SWT berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba -Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Zumar: 53)
Kalimat isrof bisa terjadi pada harta dan yang lainnya, Allah SWT memperingatkan hamba -Nya dari sikap boros dalam firman-Nya:
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Arof: 31)
Sebagian ulama salaf berkata, “Allah telah mengumpulkan pola hidup sehat dalam setengah ayat: وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ
Allah SWT berfirman:
وَآتُواْ حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“…dan tunaikanlah haknya di hari saat memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am: 141)
Atho’ bin Abi Robah berkata “Mereka dilarang berlaku boros dalam segala hal.
Ibnu Katsir berkata, “yang artinya janganlah berlebihan dalam makan, sebab akan bisa membahayakan bagi akal dan badan”.
Dari Amr bin Syu’aib daru bapaknya dari kakeknya RA bahwa Nabi bersabda, “Makan dan bersedeqahlah dan pakailah pakaian tanpa berlebihan dan sombong”.
Dari Ibnu Abbas RA berkata: Makanlah sekehendakmu dan pakailah sekehendakmu, dua perkara yang membuatmu salah yaitu boros dan sombong”.
Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib RA bahwa Nabi bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam mengisi sebuah bejana yang lebih buruk daripada perut, cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika mesti dilakukan maka hendaklah dia mengambil sepertiga untuk makanannya dan sepertiga untuk minumannya serta sepertiga untuk nafasnya”.
Dan sebagian ulama membedakan antara boros dan berlebihan/melampaui batas. Dan pola berlebih-lebihan yang dilarang oleh syara’ di dalam firman Allah SWT:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isro’: 27)
Mereka berkata, “Tabzir adalah mempergunakan harta bukan pada tempatnya, seperti penyaluran harta dalam kemaksiatan, atau menyalurkannya pada perkara yang tidak bermanfaat baik untuk bermain-main, meremehkan fungsi harta, sementara Isrof (Boros) adalah berlebihan dalam makan dan minum serta berpakaian tanpa dituntut kebutuhan. Allah SWT berfirman saat memuji hamba -Nya yang bersikap sederhana:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا
mereka tidak boros dalam memanfaatkan harta sehingga berbelanja melebihi kebutuhan dan tidak pula kikir terhadap keluarga mereka sehingga mengurangi hak-hak mereka, tidak memberikan kecukupan bagi mereka, namun mereka berlaku adil dan bertindak yang terbaik, dan sebaik-baik perkara itu adalah yang pertengahan, tidak berlebih-lebihan”.
Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu belenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena hal itu memebuat kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isro’: 29)
Inilah bentuk wujud sikap pertengahan yang diperintahkan, tidak kikir, tidak menahan, tidak berlebihan dan boros namun yang seharusnya adalah pertengahan di antara semua sikap ekstrim di atas. Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah SWT memerintahkan agar seseorang bersikap sederhana di dalam kehidupan duniawinya, Dia mencela sikap kikir dan melarang sikap boros, (لاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ) Maksudnya adalah janganlah engkau bersikap pelit yang menahan harta, tidak memberikannya kepada seorangpun, (وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ) Maksudnya janganlah berlebihan dalam membelanjakan harta, sehingga pemberianmu terhadap orang melebihi kemampuanmu, dan pengeluaranmu melebihi penghasilanmu, (فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا) sehingga engkau terjebak dalam celaan manusia karena kekikiranmu dan mencercamu, mereka tidak membutuhkanmu, dan pada saat engkau mengulurkan pengeluaranmu di atas kemampuanmu maka dirimu tidak akan memiliki sesuatu yang dapat engkau infakkan, sehingga kamu menjadi seperti hasir, yaitu sebuah hewan tunggangan yang tidak mampu lagi berjalan”.
Dari Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Apa yang engkau nafkahkan untuk dirimu, dan keluargamu tanpa ada sikap berlebihan dan boros, dan apa yang engkau shedeqahkan maka hal itu adalah bagimu dan apa yang engkau belanjakan dengan motifasi riya dan sum’ah maka itu adalah bagian dari setan”.
Ibnul Jauzi berkata, “Orang yang berakal akan mengatur kehidupannya di dunia, jika dia miskin maka dia akan bersungguh-sungguh dalam berusaha dan berwiraswasta guna menghindarkannya dari tunduk terhina terhadap makhluk, meminimalisir hubungan (hutang piutang), menciptakan sikap qona’ah, sehingga dengan demikian dia akan selamat dari ketergantungan kepada pemberian orang lain dan hidup dengan citra yang mulia, namun jika dia adalah orang yang kaya maka hendaklah dia mengatur belanjanya, agar dia tidak terjebak ke dalam kefakiran yang mengarahkannya kepada kehinaan bagi seorang makhluk…”.
Dan seyogyanya juga dia memperhatikan perkara ini, bahwa mengeluarkan harta dalam kebenaran tidak termasuk boros. Mujahid berkata, “Kalau seandainya seorang menginfakkan hartanya dalam kebenaran maka dia bukan termasuk pemborosan, dan seandainya dia menginfakkan satu mud bukan pada tempatnya maka hal itu termsuk pemborosan”.
Di antara bentuk pemborosan yang dilakukan oleh masyarakat adalah pemborosan dalam pesta dan resepsi pernikahan serta acara-acara lainnya, baik pesta yang kecil atau besar, ketika makanan dihidangkan melebihi kebutuhan.
Di antara bentuk pemborosan adalah pemborosan dalam pemakaian air. Dari Anas RA bahwa Nabi berwudhu’ dengan satu mud dan mandi dengan satu sha’ sampai lima mud”.( )
Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Seorang A’rabi datang kepada Nabi dan bertanya kepada beliau tentang wudhu’?. Maka beliau memperlihatkan kepadanya cara berwudhu’ tiga kali, kemudian beliau bersabda, “Inilah wudhu’, maka barangsiapa yang menambah berarti dia telah berbuat buruk, melampaui batas dan berlaku zalim”.
Bentuk pemborosan lainnya adalah berlebihan dalam membelanjakan harta. Dari Khaulah Al-Anshoriyah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang lelaki menenggelamkan diri memanfaatkan harta milik Allah bukan pada jalan yang benar, maka mereka mendapat balasan neraka pada hari kiamat”.
Termasuk di dalam hadits ini adalah orang yang bepergian ke negara-negara kafir, mereka membelanjakan harta yang banyak dalam rangka rekreasi mereka tersebut, maka dengan melakukan hal tersebut mereka telah mengumpulkan dua kemaksiatan:
Pertama: Kemaksiatan bepergian ke negara-negara orang kafir dan Nabi telah melarang perbuatan tersebut.
Dari Jarir RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di tengah-tengah orang musyrik…….”.
Kedua: Menyokong negeri-negeri kafir dengan harta yang telah dibelanjakan pada saat itu.
Dari Abi Barzah AL-Asalmi RA bahwa Nabi bersabda, “Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dirinya akan ditanya oleh Allah SWT tentang umurnya untuk apa umur tersebut dia habiskan? tentang ilmunya apakah yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut, tentang hartanya dari manakah dia dapatkan dan kemanakah disalurkannya”. Dan banyak lagi bentuk-bentuk pemborosan lainnya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa


Hal-Hal yang Menghapuskan Dosa



Di antara wujud kasih sayang Allah SWT bagi para hamba -Nya adalah bahwa Dia menyiapkan bagi mereka perkara-perkara yang bisa menghapuskan dosa-dosa mereka dan menghilangkannya. Semua perkara yang menghapuskan dosa-dosa ini dan menghilangkannya adalah perkataan, perbuatan yang disyari’atkan oleh Allah SWT di dalam kitab -Nya atau dengan lisan Rasul -Nya Muhammad saw: Di antara perbuatan itu adalah:

Pertama; Beriman kepada Allah SWT, mentauhidkannya dan beramal shaleh. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 7)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad Muhammad saw bersabda, “Pintu-pitu surga dibuka pada hari senin dan kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.

Kedua: Menjauhi dosa-dosa besar. Allah SWT berfirman:
إِن تَجْتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلاً كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. Al-Nisa’: 31)
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Shalat lima waktu, jum’at yang satu kepada jum’at yang lain, Ramadhan yang satu dengan ramadhan yang lain adalah penghapus dosa selama dosa-dosa besar dijauhi”.

Ketiga: Taubat yang benar-benar taubat. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah )membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya. (69)(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (70)kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Furqon: 68-70).

Keempat: Istigfar. Allah SWT berfirman:
وَاسْتَغْفِرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا
dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Nisa’: 106)
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: Barangasiapa yang mengucapkan,
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
(Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Dia, Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri dan aku memohon taubat kepada -Nya). Maka dia akan diampuni dosa-dosanya sekalipun dia berlari dari peperangan”.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Dzar RA bahwa Nabi menceritakan tentang firman Tuhannya bahwa Dia berfirman: Wahai hambaKu sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa dan kesalahan baik pada waktu siang atau malam, dan Aku mengampuni semua dosa-dosamu, maka mintalah ampun kepadaKu niscaya Aku pasti mengampunimu”.

Kelima: Berwudhu’. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Humron, budak Utsman bin Affan RA berkata, “Aku memberikan Utsman air untuk berwudhu’ lalu dia berwudhu’ dengannya, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya banyak masyarakat yang mempertanyakan sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW namun aku tidak mengetahui dari manakah sumber hadits tersebut?. Hanya saja aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian dia berkata, “Barangsiapa yang berwudhu’ dengan cara seperti ini maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju mesjid terhitung sebagai pahala tambahan baginya”.

Keenam: Shalat, berjalan menuju shalat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan terhadap sesuatu yang bisa menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?. Para shahabat menjwab: “tentu, wahai Rasulullah!”. Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu’ pada tempat-tempat anggota wudhu’, memperbanyak langkah menuju mesjid dan menunggu shalat setelah adzan, maka jagaan amalan tersebut (seperti pasukan yang menjaga perbatasan Negara)”.

Ketujuh: Bersedekah. Allah SWT berfirman:
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاء فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 271)
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Muazd bin Jabal RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidakkah aku menunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan?. Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebgaimana air memadamkan api”.

Kedelapan; Haji dan Umroh. Diriwayatkan oleh An-Nasa’I dari hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Laksanakanlah haji dan Umroh, sebab dia menghapuskan dosa-dosa, kesalahan sebagaimana pandai besi yang menghapuskan karatan besi”.

Kesembilan: Musibah yang menimpa. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA berkata: Pada saat turunnya firman Allah SWT: مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS. An-Nisa’: 132). Maka kaum muslimin merasakan kesulitan yang sangat tinggi, dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berbuatlah yang mendekati kebenaran dan berbuatlah yang benar, maka pada setiap apapun yang menimpa seorang muslim sebagai penghapus bagi dosa-dosanya, bahkan musibah yang menimpanya atau duri yang menusuknya (sebagai penghapus dosa baginya)”.


Kesepuluh: Beribadah pada malam-malam bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka dia akan diampuni dosa-dosa yang pernah lalu”. Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang bangkit untuk beribadah pada masa-masa Ramadhan karena dorongan keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT maka akan diampunkan baginya dosa-dosa yang telah lalu”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

ADAB PENUNTUT ILMU DALAM DIRINYA SENDIRI

ADAB PENUNTUT ILMU DALAM DIRINYA SENDIRI

1. Ilmu adalah ibadah:
Dasar dari segala dasar dalam 'bekal', bahkan untuk segala perkara yang dicari adalah engkau mengetahui bahwa ilmu adalah ibadah, dan atas dasar itu maka syarat ibadah adalah:
1) Ikhlas karena Allah SWT, berdasarkan firman Allah SWT:
وَمَآ أُمِرُوْ~ا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus,. (QS. al-Bayyinah:5)
Dan dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: 'Sesungguhnya segala amal disertai niat...'
Maka jika ilmu sudah kehilangan niat yang ikhlas, ia berpindah dari ketaatan yang paling utama kepada kesalahan yang paling rendah dan tidak ada sesuatu yang meruntuhkan ilmu seperti riya, sum'ah dan yang lain nya.
Atas dasar itulah, maka engkau harus membersihkan niatmu dari segala hal yang mencemari kesungguhan menuntut ilmu, seperti ingin terkenal dan melebihi teman-teman. Maka sesungguhnya hal ini dan semisalnya, apabila mencampuri niat niscaya ia merusaknya dan hilanglah berkah ilmu. Karena inilah engkau harus menjaga niatmu dari pencemaran keinginan selain Allah SWT, bahkan engkau menjaga daerah terlarang.
2) Perkara yang menggabungkan kebaikan dunia dan akhirat: yaitu cinta kepada Allah SWT dan rasul-Nya dan merealisasikannya dengan mutaba'ah dan mengikuti jejak langkah beliau.


2. Jadilah engkau seorang salafi:
Jadikanlah dirimu seorang salafi yang sungguh-sungguh, jalan salafus shalih dari kalangan sahabat radhiyallahu 'anhum dan generasi selanjutnya yang mengikuti jejak langkah mereka dalam semua bab agama dalam bidang tauhid, ibadah dan lainnya.

3. Selalu takut kepada Allah SWT:
Berhias diri dengan membangun lahir dan batin dengan sikap takut kepada Allah SWT, menjaga syi'ar-syi'ar islam, menampakkan sunnah dan menyebarkannya dengan mengamalkan dan berdakwah kepadanya.
Hendaklah engkau selalu takut kepada Allah SWT dalam kesendirian dan bersama orang banyak. Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang takut kepada Allah SWT, dan tidak takut kepada-Nya kecuali orang yang berilmu. Dan jangan hilang dari ingatanmu bahwa seseorang tidak dipandang alim kecuali apabila ia mengamalkan, dan seorang alim tidak mengamalkan ilmunya kecuali apabila ia selalu takut kepada Allah SWT.

4. Senantiasa muraqabah:
Berhias diri dengan senantiasa muraqabah kepada Allah SWT dalam kesendirian dan kebersamaan, berjalan kepada Rabb-nya di antara sikap khauf (takut) dan raja` (mengharap), bagi seorang muslim kedua sifat itu bagaimana dua sayap bagi burung.

5. Merendahkan diri dan membuang sikap sombong dan takabur:
Hiasilah dirimu dengan adab jiwa, berupa sikap menahan diri dari meminta, santun, sabar, tawadhu terhadap kebenaran, sikap tenang dan rendah diri, memikul kehinaan menuntut ilmu untuk kemuliaan ilmu, berjuang untuk kebenaran. Jauhilah sikap sombong, sesungguhnya ia adalah sikap nifak dan angkuh. Salafus shalih sangat menjauhi sikap tercela tersebut.
Jauhilah penyakit sombong, maka sesungguhnya sikap sombong, tamak dan dengki adalah dosa pertama yang dilakukan terhadap Allah SWT. Sikap congkakmu terhadap gurumu adalah sikap sombong. Sikap engkau meremehkan orang yang memberi faedah kepadamu dari orang yang lebih rendah darimu adalah sikap sombong. Kelalainmu dalam mengamalkan ilmu merupakan tanda kesombongan dan tanda terhalang.

6. Qana'ah dan zuhud:
Berbekal diri dengan sikap qana'ah (merasa cukup dengan yang ada) dan zuhud. Hakikat zuhud adalah: Enggan terhadap yang haram, menjauhkan diri dari segala syubhat dan tidak mengharapkan apa yang miliki orang lain. Dan atas dasar itulah, hendaklah ia sederhana dalam kehidupannya dengan sesuatu yang tidak merendahkannya, di mana dia dapat menjaga diri dan orang yang berada dalam tanggungannya, dan tidak mendatangi tempat-tempat kehinaan.

7. Berhias diri dengan keindahan ilmu:
Diam yang baik dan petunjuk yang shalih berupa ketenangan, khusyuk, tawadhu', tetap dalam tujuan dengan membangun lahir dan batin dan meninggalkan yang membatalkannya.

8. Berbekal diri dengan sikap muru`ah:
Berbekal diri dengan sikap muru`ah dan yang membawa kepadanya berupa akhlak yang mulia, bermuka manis, menyebarkan salam, sabar tergadap manusia, menjaga harga diri tanpa bersikap sombong, berani tanpa sikap fanatisme, bersemangat tinggi bukan atas dasar kebodohan.
Oleh karena itu, tinggalkanlah sifat yang merusak muru`ah (kesopanan) berupa pekerjaan yang hina atau teman yang rendah seperti sifat ujub, riya, sombong, takabur, merendahkan orang lain dan berada di tempat yang meragukan.

9. Bersikap jantan termasuk sikap berani.
Keras dalam kebenaran dan akhlak yang mulia, berkorban di jalan kebaikan sehingga harapan orang menjadi terputus tanpa keberadaanmu.
Atas dasar itu, hindarilah lawannya berupa jiwa yang lemah, tidak penyabar, akhlak yang lemah, maka ia menghancurkan ilmu dan memutuskan lisan dari ucapan kebenaran.

10. Meninggalkan kemewahan:
Jangan terlalu berlebihan dalam kemewahan, maka sesungguhnya 'kesederhanaan termasuk bagian dari iman', ingatlah wasiat Umar bin Khathab RA: 'Jauhilah kenikmatan, pakaian bangsa asing, dan bersikaplah sederhana dan kasar...'
Atas dasar itulah, maka jauhilah kepalsuan peradaban, sesungguhnya ia melemahkan tabiat dan mengendurkan urat saraf, mengikatmu dengan benang ilusi. Orang-orang yang serius sudah mencapai tujuan mereka sedangkan engkau tetap berada di tempatmu, sibuk memikirkan pakaianmu...
Hati-hatilah dalam berpakaian karena ia mengungkapkan pribadimu bagi orang lain dalam berafiliasi, pembentukan dan perasaan. Manusia mengelompokkan engkau dari pakaianmu. Bahkan, tata cara berpakain memberikan gambaran bagi yang melihat golongan orang yang berpakaian berupa ketenangan dan berakal, atau keulamaan atau kekanak-kanakan dan suka menampilkan diri.
Maka pakailah sesuatu yang menghiasimu, bukan merendahkanmu, tidak menjadikan padamu ucapan bagi yang berkata (maksudnya, orang lain tidak memberikan komentar, pent.) dan ejekan bagi yang mengejek.
Jauhilah pakaian kekanak-kanakan, tidak berarti kamu memakai pakaian yang tidak jelas, akan tetapi sederhana dalam berpakaian dalam gambaran syara', yang diliputi tanda yang shalih dan petunjuk yang baik.

11. Berpaling dari majelis yang sia-sia:
Janganlah engkau berkumpul dengan orang-orang yang melakukan kemungkaran di majelis mereka, menyingkap tabir kesopanan. Maka sesungguhnya dosamu terhadap ilmu dan pemiliknya sangat besar.

12. Berpaling dari kegaduhan
Memelihara diri dari keributan dan kegaduhan, maka sesungguhnya berada atau suka dalam sebuah kegaduhan atau keributan bertentangan dengan adab menuntut ilmu.

13. Berhias dengan kelembutan:
Hendaklah selalu lembut dalam ucapan, menjauhi kata-kata yang kasar, maka sesungguhnya ungkapan yang lembut menjinakkan jiwa yang membangkang.

14. Berpikir:
Berhias dengan merenung, maka sesungguhnya orang yang merenung niscaya mendapat, dan dikatakan: renungkanlah niscaya engkau mendapat.

15. Teguh dan kokoh:
Berhiaslah dengan sikap teguh dan kokoh, terutama di dalam musibah dan tugas penting. Dan di dalamnya: sabar dan teguh di saat tidak bertemu dalam waktu yang lama dalam menuntut ilmu dengan para guru, maka sesungguhnya orang yang teguh akan tumbuh.

Selasa, 20 April 2010

Khasiat Jahe Untuk Kesehatan

Khasiat Jahe Untuk Kesehatan

Jahe telah lama digunakan sebagai obat herbal. Menambahkan jahe pada cangkir teh, tanpa Anda sadari bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat. Sebelum memasukkanannya dalam cangkir potonglah jahe hingga berukuran sedang, cuci hingga bersih, kemudian geprak dan langsung masukkan pada secangkir teh hangat.

Nah, berikut empat alasan mengapa Anda harus memasukkan seruas jahe pada secangkir teh, setiap hari.

- Mengurangi rasa nyeri

Jika Anda mengalami cedera, merasakan sakit atau dalam proses penyembuhan, jahe bisa dijadikan andalan. Jahe bisa mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.

"Minyak jahe bisa melawan peradangan dan meningkatkan suplai darah. Hal ini membantu mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri. Minyak tersebut juga bisa menyembuhkan luka dalam tubuh," kata ahli nutrisi, Amita Tandon seperti VIVAews kutip dari Idiva.

- Menurunkan tekanan darah

Jahe bisa meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh, dan menurunkan tekanan darah tinggi. Selain itu, kandungan dalam jahe bisa melemaskan otot-otot yang membuka pembuluh darah arteri. Jadi, jahe juga bisa mengurangi risiko penyakit jantung.

- Melancarkan pencernaan

Jahe merupakan pembersih alami dan membantu proses pencernaan. Jahe berfungsi merelaksasi otot pencernaan, sehingga penyerapan makanan menjadi lebih mudah. Selain itu, jahe juga bisa mengatasi kram perut, yang sering terjadi saat haid.

- Mual

Rasa mual dan pusing sering muncul pada pagi hari, atau biasa dikenal dengan "morning sick". Daripada Anda mengonsumsi obat mual, lebih baik minumlah air jahe. Anda bisa menyeduh jahe yang telah dihaluskan dengan air hangat dan tambahkan sedikit gula. Karena jahe bisa melemaskan otot-otot pencernaan yang tegang dan menimbulkan rasa mual, maka sangat efektif menghilangkan rasa mual.

Kamis, 01 April 2010

Lindungi anak dari TB


Lindungi anak dari TB



Tidak benar kalau dikatakan TB tidak bisa disembuhkan. TB bisa sembuh karena obatnya sudah ada sejak lama. Tentu saja, dengan catatan, terapi dilaksanakan dengan disiplin dan semua instruksi dokter dipatuhi. Bukan apa-apa, terapi TB cukup lama (6-9 bulan) dan orang sering tidak patuh. Akibatnya, penyakit tidak teratasi dengan tuntas.

Kuman TB ditularkan melalui droplet infection (partikel kecil yang keluar saat pasien TB batuk atau bersin). Penularannya tidak semudah yang sering orang duga. Berpapasan, berjabatan tangan, ngobrol, serta makan dan minum bersama tidak membuat kuman ditularkan. Penularan TB terjadi melalui kontak erat dalam jangka waktu cukup lama.
Inilah yang perlu Anda perhatikan:

1. Apakah si kecil melakukan kontak erat dengan pasien tersebut?
Misalnya, sering bermain bersama, digendong, dipeluk, atau dicium? Ataukah hanya sesekali saja anak benar-benar berdekatan dengannya? Kalau ya, rasanya Anda tak perlu terlalu cemas.

2. Apakah pasien menjalankan terapi pengobatannya secara teratur dan disiplin, atau bahkan sudah selesai terapi?
Ini yang sangat penting. Ketika seseorang menderita TB, sesudah 2 minggu menjalani pengobatan ia sudah tidak lagi menulari lingkungannya.

3.Anak Anda sudah diimunisasi BCG?
Imunisasi BCG akan melindunginya dari kemungkinan terkena TB berat, yaitu TB di selaput otak dan TB menyeluruh di paru.

4.Bagaimana status pengobatan pasien tersebut?
Jangan ragu bertanya akan hal ini pada pasien. Bila semuanya sudah ia laksanakan sesuai aturan, Anda tidak perlu cemas dan mengisolasinya.

5.Anda masih ragu?
Tanyakan pada dokter anak Anda. Apakah si kecil perlu di-screening dengan menjalani pemeriksaan yang disebut tes Mantoux? Ini untuk memastikan apakah anak bebas dari TB atau tidak.

Buah dan sayur ringankan PMS

Buah dan sayur ringankan PMS

Meski apapun tipe PMS (pre-menstruation syndrom) yang Anda alami, buah-buahan dan makanan berserat tinggi akan membantu Anda mengurangi keluhan yang Anda alami.
Sebelumnya kenali dulu yuk, tipe PMS Anda. Berikut 4 tipe PMS menurut Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, Amerika Serikat, berdasarkan gejalanya:

1.Tipe A (Anxiety)
PMS tipe ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, di mana hormon estrogen lebih tinggi dibanding hormon progesteron. Gejala yang ditimbulkannya adalah cemas, sensitif, ketegangan saraf, labil, atau depresi ringan sampai sedang.

2.Tipe H (Hyperhydration)
PMS tipe ini disebabkan oleh berkumpulnya air pada jaringan di luar sel karena tingginya asupan garam atau gula pada makanan penderita. Gejala yang ditimbulkannya adalah pembengkakan tangan dan kaki, perut kembung, nyeri pada payudara, dan peningkatan berat badan sebelum menstruasi.

3.Tipe C (Craving)
PMS tipe ini disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran hormon insulin di dalam tubuh, stres, terlalu banyak mengonsumsi garam, serta kurang mengonsumsi omega 6 atau magnesium. Gejala yang ditimbulkannya: rasa lapar dan keinginan untuk mengonsumsi cokelat atau gula. Umumnya, beberapa saat setelah mengonsumsi makanan-makanan manis itu dalam jumlah banyak, timbul gejala kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala, bahkan sampai pingsan.

4.Tipe D (Depression)
PMS tipe ini biasanya berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, di mana hormon progesteron lebih tinggi dibanding hormon estrogen. Gejala yang ditimbulkannya adalah depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit mengucapkan kata-kata, bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri.

Bila Anda mengalami salah satu dari 4 tipe PMS di atas, inilah cara mengatasinya:
PMS tipe A: Atasi dengan mengonsumsi banyak makanan berserat dan mengurangi minum kopi.
PMS tipe H: Kurangi konsumsi gula dan garam, serta batasi minuman.
PMS tipe C: Atasi dengan diet rendah garam, dan batasi asupan makanan berkalori tinggi yang terlalu manis seperti gula, cokelat, madu, dan es krim.
PMS tipe D: Bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 seperti kacang-kacangan, kedelai, beras merah, dan magnesium (seperti sayuran hijau segar atau buah-buahan).